Welcome to official website Community of Marine Conservation (CMC) Acropora UNJ

Sabtu, 23 Februari 2013

Stop perjual-belikan Telur Penyu !!

Penjualan telur penyu

Isu mengenai jualbeli telur ikan penyu memang benar, seperti pada Telur penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan telur penyu sisik (Eretmochelys imbricata) tampak diperjualbelikan secara terbuka di beberapa provinsi di Indonesia Padahal, kedua jenis penyu ini termasuk langka dan dilindungi. Data WWF Indonesia menyebutkan populasi penyu belimbing berkurang drastis. Eksploitasi telur penyu berkontribusi terhadap menurunnya populasi penyu yang lambat laun bisa menyebabkan penyu punah.

Prediksi ini tidaklah berlebihan mengingat penyu membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tingkat kematangan seksual untuk bereproduksi. Seekor penyu baru bisa bertelur setelah berumur 30 tahun. Itu pun hanya menghasilkan 60 - 130 butir telur. Tidak semua telur penyu mampu berkembang menjadi tukik (anak penyu) hingga menjadi penyu dewasa. Ironisnya, penyu sisik ini merupakan hewan dengan tingkat kepunahan ”paling terancam”. Selagi bertelur dan menetaskan telurnya, penyu sisik akan bertelur lagi sekitar 2-5 tahun kemudian. Bisa dibayangkan bukan, lamanya waktu yang dibutuhkan penyu untuk bereproduksi? Sangat tidak seimbang dibandingkan dengan cepatnya perburuan telur penyu. Menurunnya populasi penyu pun dapat menganggu keseimbangan ekosistem laut mengingat penyu merupakan predator yang penting dalam jaringan dan rantai makanan di laut. Satwa laut ini juga berperan dalam menjaga produktivitas habitat lamun.

Penyu yang baru menetas

Tahukah Anda bahwa pendapat yang meyakini bahwa telur penyu baik untuk kesehatan tubuh dan seksual itu hanya mitos?Ya, setidaknya hal itulah yang telah dibuktikan oleh salah satu publikasi ilmiah dalam jurnal Environmental Health Perspective di tahun 2009, yang berjudul ‘Dangerous Delicacy’ Contaminated Sea Turtle Eggs Pose A Potential Health Threat." Jurnal ilmiah tersebut melaporkan hasil ditemukan kandungan senyawa yang tergolong Polutan Organik Persisten (POP) dan logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Kanker, liver, kerusakan sistem syaraf, dan gangguan sistem hormon endokrin adalah daftar penyakit yang dapat ditimbulkan dari zat berbahaya itu. Tidak hanya itu, dalam dekade terakhir, telur penyu juga dilaporkan mengandung kadar kolestrol yang sangat tinggi. Jika fakta telah berbicara bahwa telur penyu membahayakan bagi kesehatan kita, serta bagaimana ekploitasi telur penyu berdampak bagi keseimbangan ekosistem laut, lalu masihkah telur penyu layak untuk dikonsumsi?

Ditulis oleh : Sri Budi Lestari (Acroporan 04)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger