Welcome to official website Community of Marine Conservation (CMC) Acropora UNJ

Sabtu, 12 Januari 2013

Jurnal Struktur Komunitas Echinodermata

 STRUCTURE OF COMMUNITY OF ECHINODERMATA FAUNA AT MELINJO ISLAND ,KEPULAUAN SERIBU


Dewi Nurfitriana*, Fitri Yanti, Heni Kristina, Musdaliffah, Pratiwi Widyamurti, Rima Fitriani, Waya Rayini

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220 Telp/Fax (021) 4894909


Abstract


The research was undertaken on Melinjo Island, Kepulauan Seribu at July 2011. Samples were taken by five  transects by far 25 meters from coastline to the sea, each of which consist of five  quadrates of 100 x 100 cm. Results of this research showed that on the site have been identified 64 species of echinodermata  fauna. The most species was  found from Echinoidea class, Diadema sp.

Key words:Echinodermata, Melinjo Island, structure of community.
  

STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA DI SEPANJANG PANTAI BAGIAN SELATAN PULAU MELINJO, KEPULAUAN SERIBU


Dewi Nurfitriana*, Fitri Yanti, Heni Kristina, Musdaliffah, Pratiwi Widyamurti, Rima Fitriani, Waya Rayini

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
Jl. Pemuda 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220 Telp/Fax (021) 4894909

Abstrak

                Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Melinjo pada Juli 2011. Sampel diambil dengan menggunakan lima transek sejauh 25 meter dari garis pantai menuju laut. Setiap transek terdiri dari lima kuadrat yang berukuran 100 x 100 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut terdapat 64 spesies echinodermata. Spesies yang banyak di temukan yaitu dari kelas Echinoidea spesies Diadema sp.


Kata kunci : Echinodermata, Pulau Melinjo, struktur komunitas.


Pendahuluan
                Hewan yang termasuk ke dalam jasad perairan dibagi menjadi beberapa kelompok. Salah satunya, yaitu identifikasi berdasarkan cara hidup hewan tersebut yang               dibagi atas 5 (lima) kelompok, yaitu neuston, perifiton, plankton, nekton, dan bentos. Salah satu organisme yang mudah diamati adalah bentos.
                Bentos adalah organisme yang mendiami dasar perairan dan tinggal di dalam atau          pada sedimen dasar perairan. Berdasarkan cara pengambilan nutrisinya bentos dibagi           menjadi dua, yaitu fitobenthos dan zoobenthos. Zoobentos adalah hewan yang sebagian      atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik sesil, merayap maupun          menggali lubang (Payne, 1996 dalam Sinaga, 2009). Zoobentos ini dibedakan lagi berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu mikrozoobentos dan makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan kelompok hewan, berukuran lebih besar dari 1 mm yang hidup di substrat dasar perairan.
                Peranan makrozoobentos dalam perairan ada 2 yaitu berperan secara ekologis dan          berperan secara ekonomis. Peran secara ekologis yaitu dapat digunakan sebagai        parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan (Purnomo, 1989 dalam Sinaga, 2009). Sedangkan peran secara ekonomis yaitu beberapa jenis makrozoobentos               (misalnya kepiting) dapat menjadi sumber protein sehingga dapat diperjualbelikan dan dijadikan mata pencaharian.
                Habitat dari makrozoobentos beragam tergantung dari spesies. Contoh habitatnya seperti pada lumpur, pasir, lumpur berpasir atau pasir berlumpur. Dapat juga berupa batu-batu pipih dan batu kerikil.
                Parameter yang mempengaruhi makrozoobentos ada dua, yaitu parameter fisika             dan parameter kimia. Parameter fisika berupa temperatur, warna dan kekeruhan air, substrat dasar, dan kecepatan arus. Sedangkan, parameter kimia berupa salinitas, oksigen                 terlarut/Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan pH.
                Bentos dapat dibedakan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan cara             mengidentifikasi ukuran dari bentos tersebut, pengklasifikasian menurut ukuran mereka dibagi menjadi 3 yaitu:
a). Microfauna: hewan yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,1 mm, seluruh protozoa masuk dalam golongan ini,
b). Meiofauna: golongan hewan-hewan yang mempunyai ukuran antara 0,1 mm sampai 1,0 mm. Ini termasuk protozoa yang                 bergolongan besar, cnidaria, cacing-cacing yang berukuran sangat kecil, dan beberapa     crustacean yang berukuran sangat kecil,
c). Macrofauna: Hewan-hewan yang mempunyai ukuran lebih besar dari 1,0 mm. Ini termasuk golongan echinodermata, crustacea,annelida, mollusca dan beberapa anggota phylum yang lain.
                Echinodermata adalah berasal dari bahasa Yunani, Echinos berarti landak dan Derma yang berarti kulit. Semua jenis Echinodermata hidup di laut, mulai dari daerah          litoral sampai kedalaman 6000 m. termasuk dalam filum Echinodermata antara lain                 bintang laut, bulu babi, teripang, dan lain-lain. Umumnya berukuran besar, yang terkecil                 berdiameter 1 cm (Brotowidjoyo, 1994).
                Habitat dari Echinodermata berada di daerah rataan terumbu karang. Binatang ini dapat menempati beberaapa habitat seperti rataan pasir (sand flat), timbunan karang mati (rubbles dan boulders) dan daerah tubir karang (reef margin area). Di Indonesia penyebaran binatang ini mengikuti penyebaran karang batu dan dapat juga ditemukan di daerah pulau-pulau karang atau daerah pesisir yang ditumbuhi karang batu (fringing reef) (Kobayashi dan Nakamura, 1967).  
                Salah satu habitat yang diduga cocok untuk keberlangsungan hidup Echinodermata adalah pada substrat yang terdapat di Sepanjang Pantai Bagian Selatan Pulau Melinjo, Kepulauan Seribu. Pulau Melinjo dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan kegiatan menyelam bagi turis domestik atau asing karena diduga memiliki keanekaragaman biota laut yang beragam. Didukung dengan kondisi Pulau Melinjo yang jarang terjamah oleh manusia diduga akan mempengaruhi struktur komunitas Echinodermata.               
                Mengingat pentingnya peran Echinodermata pada perairan, maka perlu dilakukan penelitian tentang Echinodermata di di Sepanjang Pantai Bagian Selatan Pulau Melinjo, Kepulauan Seribu.

Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Minggu, 1 Mei 2011 di Pulau Menjangan dan Senin, 2 Mei 2011 di Pantai Labuan Lalang, Bali Barat.

a.         Tujuan Operasional Penelitian
1)    Mengidentifikasi jenis makrozoobentos.
2)    Menganalisis studi komunitas makrozoobentos.
3)    Mengukur parameter lingkungan.

b.         Metode
Metode yang digunakan ialah metode deskriptif dengan desain survei, dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengukuran parameter fisik dan kimia dilakukan pada beberapa lokasi berdasarkan topografi makrozoobentos.

c.          Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kamera, lembar pengamatan, alat tulis, kalkulator, wadah spesimen, meteran gulung, meteran jahit, pasak, kuadrat, tali kasur, termometer, pH meter, secchi disc, tongkat meteran, turbidimeter, alat saring, baki plastik, lup, kertas label, dan buku identifikasi makrozoobentos Shells of the World (A.P.H Oliver, 1980).

d.         Cara Kerja Penelitian
a)         Penentuan stasiun
Ditentukan 2 lokasi penelitian, yaitu di Pulau Menjangan dan Pantai Labuan Lalang. Pada tiap lokasi ditentukan masing-masing 4 stasiun pengamatan dan pada tiap stasiun terdiri dari 4 plot.
b)         Pengambilan makrozoobentos
Diambil pada setiap plot yang telah ditentukan dengan cara pengambilan langsung dan dikeruk pada kedalaman ± 5-10 cm. Kemudian disaring dan disortir untuk diidentifikasi.
c)         Pengukuran parameter lingkungan, meliputi:
Parameter fisik: temperatur air laut, penetrasi cahaya, penetrasi (banyaknya) cahaya yang masuk ke dalam air kedalaman air, kecepatan arus, dan kekeruhan air laut.
Parameter kimia: pH air laut.

e.          Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan identifikasi dilanjutkan di laboratorium.

f.          Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian dan identifikasi dilanjutkan di laboratorium.

g.         Teknik Analisis Data
Analisis data meliputi:
a)         Distribusi, menggunakan indeks Morsita (Krebs, 1989 dalam Sinaga, 2009)

Id = n
Keterangan:
Id   = Indeks Morista
n    = Jumlah pot       
x2 =   Kuadrat jumlah individu per plot
untuk total n plot
N    = Jumlah total individu per plot untuk
total n plot

Kriteria (Bengen, 1998 dalam  Sinaga, 2009):
Id = 0…distribusi acak atau random
Id > 1 distribusi kelompok
Id < 1 distribusi normal (seragam)

b)         Kelimpahan

Keterangan:
B    = kelimpahan individu/ m2
T    = luas 1 m2 (10000 cm2)
A    = luas transek pengambilan (m2)
P    = jumlah individu spesies ke-i
S    = jumlah transek pengambilan

c)         Keanekaragaman Simpson (Sinaga dalam Komala, 2002)


Keterangan :
Ds  = Indeks keanekaragaman
d    =  Indeks dominan
ni   =  jumlah individu jenis ke-i
N    =  Jumlah total individu

Kriteria (Hardjosuwarno, 1990 dalam Darojah, 2005):
H > 3,0 → menunjukkan keanekaragaman sangat tinggi
H 1,6 – 3,0 → menunjukkan keanekaragaman tinggi
H 1,0 – 1,5 → menunjukkan keanekaragaman sedang
H < 1 → menunjukkan keanekaragaman rendah

Hasil dan Pembahasan
                Penelitian ini dilakukan pada Pulau Melinjo dibagian Selatan. Dari lokasi tersebut, diperoleh sebanyak 64 spesies Echinodermata yang dapat dikelompokkan menjadi 5 kelas.                                                                                              
                Spesies yang paling banyak ditemukan di Pulau Melinjo adalah dari kelas Echinoidea yaitu Diadema sp. sebanyak 58 individu, sedangkan 2 individu dari kelas Asteroidea spesies Linckia laevigata dan kelas Holothuroidea spesies Holothuria sp.. Namun untuk filum Echinodermata dari kelas Crinoidea dan Ophiuroidea kami tidak menemukan individu dari 2 kelas tersebut. Selain filum Echinodermata, kami juga menemukan spesies dari filum Mollusca, yakni dari kelas Bivalvia spesies Tridacna sp.
                Berdasarkan analisis kami, hasil tersebut disebabkan karena kondisi lokasi penelitian yang jaraknya berdekatan dengan tubir, dan tipe substrat di lokasi tersebut adalah berkarang mati. Membuat berkurangnya keanekaragaman Echinodermata dan ekosistem lamun tidak ditemukan.

























































Tabel 1. Daftar Jumlah Komunitas Echinodermata yang ditemukan Sepanjang Pantai bagian Selatan Pulau Melinjo, Kepulauan Seribu

No.
Kelas
Spesies
Transek
Plot
Jumlah Individu
1.
Crinoidea

-
-
-
-
2.
Asteroidea

Linckia laevigata
2
3
2
3.
Ophiuroidea

-
-
-
-
4.
Echinoidea
Diadema sp.
1
3
8

4
11

2
4
19

3
4
6

5
1

5
3
6

4
7

Arbacia sp.
2
2

1
3
5

1
5.
Holothuroidea
Holothuria sp.
3

3
1
4
4

1

No.
Kelas
Spesies
Transek
Plot
Jumlah Individu
1.
Bivalvia
Tridacna sp.
2
3
1




3
5
1




4
3
1




Jika dilihat dari komposisi jenisnya (lihat Diagram 1), maka kelas yang lebih mendominasi kedua lokasi tersebut ialah Echinoidea. Hal ini disebabkan oleh lokasi penelitian yang sebagiannya terdapat mangrove. Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis. Salah satunya dalah sebagai penghasil sejumlah besar detritus, terutama yang berasal dari serasah (daun), ranting, bunga, dan buah yang gugur. Sebagian detritus ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan oleh fauna makrobenthos pemakan detritus, sebagian lagi diuraikan secara bacterial menjadi unsur hara yang berperan dalam penyuburan perairan.







Diagram 1. Persentase komposisi Kelas Echinodermata di Pulau Melinjo


Tabel 2. Nilai parameter lingkungan di Pulau Melinjo
Parameter Fisik
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Suhu
290
290
290
290
290

Parameter Kimia
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
pH
7
7
7
7
7




KESIMPULAN
                Jumlah spesies Echinodermata  yang ditemukan di Pulau Melinjo di sepanjang Pantai Bagian Selatan sebanyak 64 individu. Spesies yang banyak di temukan yaitu dari kelas Echinoidea spesies Diadema sp.

SARAN
                Peneliti berharap agar dapat dilaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai struktur komunitas Echinodermata sehingga dapat menyempurnakan dan melengkapi data sebelumya.

DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, M., dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga
Aziz, Asnam dan Darsono, Prapto. 2000. Komunitas fauna Echinodermata di Pulau-Pulau Seribu bagian Utara. Jakarta : LIPI
BTNBB (Balai Taman Nasional Bali Barat) dalam Susetiono,dkk. 2010. Penyusunan Panduan Evaluasi Efektifitas Pengelolaan untuk Kawasan Konservasi Laut di Indonesia. Jakarta: LIPI
Burhanuddin, Andi Iqbal. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman Sistem Organ Ikan yang Berbasis SCL pada Mata Kuliah Ikhtiologi. Makasar: Universitas Hasanuddin
Darojah, Yuyun. 2005. Keanekaragaman Jenis Makrozoobentos di Ekosistem Perairan Rawapening Kabupaten Semarang. Semarang: Jurusan Biologi, Universitas Negeri Semarang
Djufri. 2002. Penentuan Pola Distribusi, Asosiasi, dan Interaksi Spesies Tumbuhan Khususnya Padang Rumput di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Jurnal. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Kastawi, Yusuf, dkk.  2005.  Zoologi Avertebrata. Malang : UM Press.
Suwignyo, Sugiarti, dkk. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Depok : Swadaya.
           



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kalau jurnal asli, sebenernya dalam bentuk pdf. Kalau seperti ini, malah banyak yang meragukan sumbernya, karna khawatir kata-kata atau kalimatnya ada yang diganti atau bukan aslinya.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger